Kamis, 27 Februari 2014

UNDEFINED

Kang Ji Yoo, gadis yatim piatu yang berusaha sekuat tenaga untuk membahagiakan teman satu pantu asuhan yang sudah dianggap sebagai kakak kandungnya, Park Ji Yeon yang hidupnya tidak akan lama lagi. Perpisahan yang terjadi sekitar 4 tahun lalu, membuat marga Ji Yeon berubah. Namun, persahabatan yang terjalin sejak mereka bisa mengingat nama mereka, tidak pernah berubah.
Park Ji Yeon tumbuh menjadi gadis manis yang punya segalanya. Hal itu sangat berbanding terbalik dengan Ji Yoo yang masih harus bekerja siang-malam untuk membantu kebutuhan dipanti asuhan.
Dibantu Dae Sung, sahabat sekaligus rekan kerjanya. Ji Yoo berusaha menarik perhatian Cho Kyuhyun, maknae di Super Junior, sekelompok laki-laki yang sedang berada di puncak karier mereka. Kesulitan demi kesulitan dia atasi sendiri dengan bermodalkan buku harian berwarna pink milik Ji Yeon. Apakah usahanya akan berhasil? Bagaimana jika sebagian tidak berjalan sesuai dengan apa yang dia harapkan? Ikuti setiap kisahnya di Undefined!

DianTeplok_2014

UNDEFINED  


“Ji Yoo, janji ya .. Kita tidak akan punya ayah dan ibu lain? Aku tidak mau berpisah denganmu” seorang anak berusia 8 tahun memainkan sebuah boneka lusuh. Lawan bicaranya,  juga seorang anak berusia 7 tahun, sedang duduk terdiam di ayunan.

“Kak Ji Yeon, aku janji! Kita akan selalu bersama”  gadis kecil itu menegakkan badannya. Kemudian bergerak memeluk sahabatnya, tanpa sadar mereka menangis.  

**

 10 Tahun kemudian ..

“Kau sudah mau pulang?” Dae Sung, seorang  pembantu kepala koki di sebuah restoran di pusat kota Seoul berjalan menyamai langkah seorang gadis yang tampaknya sedang terburu-buru.

“Aku harus segera menemui ibu panti. Hey! Kenapa kau mengikutiku?” Gadis itu berteriak frustasi sambil masih melangkahkan kakinya lebar-lebar . “Kau akan mati di tangan Manager gila itu, Dae Sung-ah! Cepatlah kembali!”

“Aku? Hahaha, tidak akan!! Aku telah menyelesaikan tugasku dalam waktu singkat. Jadi tidak ada kata lembur untuk  hari ini” Dae Sung memainkan ujung tasnya sambil menatap gadis di sebelahnya dengan jenaka.

Sedangkan gadis itu lebih memilih diam daripada membantah rekan kerjanya itu, pikirannya sedang penuh dengan pemikiran lain yang nampaknya lebih penting daripada omelan dari Manager yang akan dia dapat besok.

“Siapa lagi yang ingin mengadopsimu? Orang itu lagi?” nada bicara Dae Sung terdengar lebih hati-hati. Dia tahu topik ini bisa saja membuat gadis itu berubah menjadi lebih murung.

“Aku tidak tahu! Dan tidak mau tahu. Aku tidak ingin punya orang tua!”

“Yaaaak, Ji Yoo-ah, apa kau tidak pernah ingin seperti Ji Yeon? Lihat dia, dia terlihat lebih bahagia. Kau tahu persis hal itu kan?” Dae Sung berhenti sejenak, menatap jengah pada gadis yang telah menjadi sahabatnya sejak 5 tahun lalu. Dia tidak pernah habis pikir kenapa gadis itu selalu menolak diadopsi.

“Kau tidak mengerti Dae Sung .. Aku telah berjanji untuk tidak mencari orang tua lagi! Itu janji yang harus aku tepati” Ji Yoo seperti sudah kehilangan tulang belakangnya, dengan punggung terkulai dia melanjutkan langkah panjang yang harus ditempuh untuk mencapai tempat tinggalnya.

“Bukankah Ji Yeon  juga berjanji? Kenapa dia tidak menepati janjinya?” Dae Sung sekali lagi mencoba memberikan pertanyaan yang terdengar ngilu di telinga Ji Yoo .

“Dae Sung-ah …” Ji Yoo menarik nafas panjang, kemudian menghembuskannya, “Dia sangat jenius dan cantik, aku tidak akan pernah membiarkan dia senasib denganku .. Dan sekarang kau lihat kan? Kepintarannya sangat jelas terlihat saat dia masuk universitas. Aku tidak akan pernah bisa membiarkan dia menderita”

Dae Sung berbalik menghadap Ji Yoo, manik mata tajamnya menembus pertahanan yang sudah dibangun Ji Yoo selama bertahun-tahun. Dia akhirnya terisak pelan, tidak sanggup menghalau air mata yang berjatuhan di pipinya.

“Dae Sung, kau punya kakak kan? Aku juga!” Ji Yoo meniup matanya, berharap dengan cara itu air matanya akan kembali pada tempatnya. “Aku menyayanginya, tidak pernah sekalipun membencinya .. Jika cara seperti ini dapat membuatnya tersenyum, aku tidak akan pernah marah jika dia melanggar janjinya”

“Ji Yoo-ah …”

“Apaaaa?”

“Kau mau mendengar ceritaku?”

“Heeeem?” Ji Yoo terlihat antusias dengan apa yang dikatakan Dae Sung. Laki-laki sipit itu memang jarang menceritakan hal yang bersifat pribadi padanya. Meskipun persahabatan mereka sudah terjalin cukup lama.

“Aku lapar!” Dae Sung berlari meninggalkan Ji Yoo yang masih berusaha mencerna perkataan Dae Sung. Tawanya terdengar hingga jarak ratusan meter.

“YAAAAAK! APA-APAAN KAU INI?”

  

** 


Ji Yoo berjalan pelan menuju panti, keranjang buah yang ada di tangan kanannya bergoyang seirama dengan langkahnya yang ragu. Dia berhenti tepat di bawah pohon paling besar di area taman depan, mengamati adik-adik kecilnya yang sedang berlarian di sekitar taman.  

“Ji Yoo-ah!”Suara itu mengagetkannya lagi. Entah sudah berapa ratus kali dia terlonjak kaget setiap suara itu masuk di telinganya.

“Ibu! Berhenti mengagetkanku seperti itu!” Ji Yoo mengomel panjang lebar. Tanpa harus membalikkan badanpun dia memang sudah tahu kalo yang sedang berdiri di belakangnya itu adalah Ibu panti, seorang wanita paruh baya berumur 52 tahun yang sejak pertama kali ketika dia dibuang di panti adalah orang yang dengan sabar selalu mengajarkan hal baik.

“Kau tidak masuk? Mereka sudah menunggumu di dalam!” Ibu panti menggandeng tangannya lembut, garis wajahnya yang tegas tersamar oleh sebuah senyum yang terkembang. Alami, tidak pernah dibuat-buat.

“Ibu, apa aku pantas mempunyai orang tua? Aku tidak sepintar, secantik dan serajin kak Ji Yeon .. Apakah mereka mau mengangkatku menjadi anak mereka?” Ji Yoo merasa wajahnya memanas, ingin menangis.

“Seingat ibu, mereka sudah 4 kali datang kemari, untuk memintamu menjadi anak mereka .. Apa kau masih ragu juga? Lihat Ji Yeon, dia terlihat selalu bahagia setelah tinggal dengan mereka! Kalian akan menjadi saudara yang sah .. Itu salah satu keinginan kalian kan?” Ibu panti menatap Ji Yoo dengan iba, tidak pernah terpikir olehnya bahwa Ji Yoo akan mengingat janji yang pernah dia buat ketika umurnya baru 7 tahun, kedewasaan yang datang terlalu cepat.

“Apa jika aku menerima tawaran ini, kak Ji Yeon  tidak akan marah padaku?” 

“Apa kau juga marah padanya?”

“Tidak bu .. Aku tidak pernah bisa marah padanya” Ji Yoo tertunduk, dia rindu sekali pada Ji Yeon  yang akhir-akhir ini jarang mengunjunginya dipanti asuhan.

“Nah, itu tahu .. Dia kakak yang terbaik, ayo cepat hapus air matamu! Tersenyumlah, karena akan membuatmu terlihat sangat cantik” Ibu panti menepuk pipi Ji Yoo, kemudian berjalan bersamanya menuju sebuah ruangan terang di sebelah kamar tidur anak-anak.

“Ji Yoo-ah!” perempuan itu segera menyambut Ji Yoo yang berjalan melewati pintu. Perempuan itu, perempuan yang sempat menangis tersedu-sedu saat Ji Yoo secara dengan tegas menolak diadopsi. Kini menyunggingkan sebuah senyuman, tangannya menggengam erat tangan suaminya yang berdiri saat menyadari kedatangan Ji Yoo.

“Iya, bibi?” Ji Yoo semakin gemetar ketika perempuan yang sering dia panggil bibi itu semakin mendekat. Ji Yoo secara tidak sadar berjalan mundur.

“Kau masih takut pada paman dan bibi? Bibi sangat sayang padamu, Ji Yoo! Kemarilah” Laki-laki yang kerap disapa dengan nama Paman Choi oleh  Ji Yoo ini ikut membuka suara. Tatapan matanya penuh pengharapan, senyum tidak pernah menghilang dari wajah tuanya.

“Oh, maaf paman Choi .. Aku hanya merasa tidak enak badan! Aku harus ke kamar sekarang” Ji Yoo berlari, meninggalkan Ibu Panti, Tuan dan Nyonya Choi dalam keterkejutan. Nyonya Choi dapat melihat keraguan dari pancaran mata Ji Yoo, haruskah dia berlutut? Ada sebuah keharusan yang membuatnya tetap bertahan menghadapi Ji Yoo. Keharusan yang tidak dapat dia utarakan dengan jujur.

“Mungkin dia masih ragu nyonya .. Kami akan pasti akan datang lagi kesini, selamat malam” Tuan Choi mendorong halus lengan sang istri. Mengajaknya untuk segera meninggalkan panti asuhan itu, meskipun dengan tangan hampa.

Kenapa lagi dengan anak itu?


 **


 Sebuah bis kota berhenti sejenak di halte bis di  Universitas Seoul, memberikan jeda waktu untuk penumpang yang ingin turun. Dari sekitar 10 penumpang yang turun tampaklah Ji Yoo, yang sedang berdiri terpaku menatap pagar tinggi di depan Universitas. Langkahnya terasa berat, keinginannya untuk bertemu Ji Yeon seketika mencair ketika membandingkan penampilannya dengan orang-orang yang sedang sibuk mondar-mandir.

Ah, kak Ji Yeon  mungkin semodis mereka juga? Pikirnya. Toh Ji Yeon  bisa membeli barang apa saja sesuai keinginannya. Tinggal tunjuk, maka semua yang dia mau akan segera berpindah ke tangannya.

“Ah, aku tidak akan datang kesini lagi! Aku tidak mau membuat kakak malu, mungkin kak Ji Yeon  sedang sibuk dengan teman-teman barunya” Ji Yoo berbisik pelan. Dia bersandar di sebuah tiang lampu jalan, angin dingin yang berhembus tiba-tiba membuat tangannya bergerak merapatkan mantelnya. “Aku rindu padamu, kak. Kapan aku bisa melihatmu lagi?”

Ji Yoo mendongakkan wajahnya, merasakan tetesan air dingin yang jatuh tepat di ujung hidungnya. 

Beberapa orang sudah mulai berlari kecil sambil sedikit memaki, hujan memang tidak bisa diprediksi.
  

 ** 

 Teriakan, jeritan, bahkan elu-eluan terdengar sangat jelas di sebuah mall. Beberapa gadis sedang berlari terburu-buru mensejajarkan langkah mereka dengan beberapa laki-laki berbadan kekar yang sedang membentuk barikade menuju sebuah panggung. Disana, dibawah cahaya terang sorot lampu terlihat beberapa laki-laki sedang melambaikan tangan dengan senyum yang menawan. Seakan berusaha membuat suasana lebih meriah lagi.

“Urineun Syupo Junio-“

Dibarisan paling depan, seorang gadis yang memakai pakaian serba biru berteriak sambil melambai-lambaikan tangannya. Beradu teriakan dengan hampir seribu fans yang sudah berdiri diposisinya sejak 2 jam yang lalu.

“Kyuhyun! Kyuhyun! Kyuhyun”

“Donghae! Donghae!”

“Ryeowook!! Ryeowook! Kangin! Leeteuk!!!”

Si empunya nama hanya tersenyum, masih sambil  melambaikan tangan. Acara pembukaan sebuah pusat perbelanjaan itu seakan masih kurang meriah jika tidak ada sesi bernyanyi. Sebagian besar para fans mulai meneriakan lagu kesukaan mereka. Akhirnya demi memuaskan penggemar Super Junior, mereka pun segera mengambil posisi untuk bernyanyi acapela.

Dua jam telah dihabiskan dengan suasana sangat meriah. Beberapa anggota Super Junior sudah mulai mengemasi barang bawaan mereka dan berjalan beriringan menuju mobil. Di sudut ruangan, seorang laki-laki masih sibuk dengan telepon genggamnya, masih tidak bergeming meskipun beberapa teriakan sudah mulai membahana.

“Hey Cho Kyuhyun, kau mau pulang tidak?” itu Sungmin, laki-laki itu kini sedang membungkuk. Mengamati sang lawan bicara yang masih saja berkutat dengan telepon canggih di tangannya.

“Ah, sudah pergi semua rupanya? Ayo hyung, kita pulang?” Kyuhyun berjalan mendahului Sungmin, tidak terlalu peduli bahwa Sungmin sedang menunggunya.

“Kau takut pada Sasaeng fans itu? Sejak kapan keberanianmu menciut Kyu? Kau selalu bisa melontarkan kata-kata pedasmu itu!” Siwon sedang bersandar di pintu. Menaik-turunkan alis, memberi kesan sedang mempermainkan maknae nya.

“Aisssh, kita pulang! Akan kubuktikan kalo aku tidak takut!” Kyuhyun menyerempet bahu Siwon, membuatnya hampir terjengkang. Seperti itulah Kyuhyun, selalu menomorsatukan emosi dan tidak pernah belajar berpikir rasional.

 Dan benar tebakan Kyuhyun saat itu. Kini didepan pintu apartemennya, nampak seorang gadis sedang berdiri terdiam. Kepalanya tertunduk, hujan yang sempat turun dengan deras membuat seluruh badannya basah kuyup.

Oppa, !” gadis itu meracau. Melihat sebuah mobil hitam masuk ke dalam parkiran, dia Kyuhyun, Leeteuk, Donghae dan Sungmin yang berada dalam mobil yang berbeda, saling berpandangan dengan tatapan membeku.

“Itu sasaeng yang kau takutkan? Kyu, bahkan dia tidak berteriak histeris?” Donghae menyandarkan kepalanya di jendela, matanya jelas  sudah tidak bisa diajak berkompromi lagi.

Terdengar suara pintu mobil dibuka. Kyuhyun, dengan langkah panjang segera menghampiri fansnya. “Park  Ji Yeon! Jika tidak pulang, kau akan sakit!” Tangan Kyuhyun bergerak melepaskan jaketnya, lalu segera mengulurkannya tepat di depan Ji Yeon.

Oppa!”

“Pulanglah cepat!” Kyuhyun melambaikan tangan kearah mobil. “Hyung, turunlah .. Biarkan dia diantar pulang!”

Ji Yeon mendongakkan kepalanya. Tidak pernah menyangka akan mendapatkan perhatian dari Kyuhyun. Apalagi sampai mengingat namanya.
Oppa!”

“Masuklah ke mobil dan cepatlah pulang!” Kyuhyun menarik tangan Ji Yeon, gadis itu mengikuti perintahnya tanpa perlawanan. Perlahan, tangan Ji Yeon melemas. Namun pergerakan itu tidak dirasakan oleh Kyuhyun yang masih melangkahkan kakinya lebar-lebar.

Opp---

“HEY, KAU KENAPA?!!” Kyuhyun tersentak, Ji Yeon jatuh pingsan sebelum mereka mencapai pintu mobil. Rupanya gadis itu memang sedang mendapat keberuntungan berlipat ganda. Kyuhyun, tanpa segan segera menggendong Ji Yeon.

Begitupun Leeteuk, Donghae dan Sungmin. Mereka meloncat dari bangku di belakang supir. Berebut untuk keluar dari mobil dan memberikan jalan untuk Kyuhyun.

“Kyu, kau harus membawanya ke rumah sakit! Wajahnya pucat sekali!” Donghae menunjuk Ji Yeon tepat di depan hidungnya. Kesadaran yang telah menguap, entah mengapa kini kembali lagi.

“Tanpa harus kau beritahu, aku juga akan membawanya ke rumah sakit!” omel Kyuhyun. Namun tidak diucapkan dengan keras. Mengingat dia mulai belajar memperbaiki sikap terhadap para seniornya.

Akhirnya, setelah Kyuhyun membanting pintu dengan suara yang cukup keras. Mobil itu bergerak cepat menuju rumah sakit yang tidak terlalu jauh dari apartemen mereka.





**



Ji Yoo sedang mengantar baki pesanan ke salah satu meja di sudut café ketika sebuah suara memanggil namanya.

“Ji Yoo, ada panggilan masuk di handphone mu! Sudah berbunyi lebih dari lima menit yang lalu! Kau tidak mau mengangkatnya?” Dae Sung menunjuk ponsel Ji Yoo dengan spatula di tangan kanannya. Sedangkan tangan kirinya masih sibuk dengan semangkuk kentang mentah yang harus digoreng.

“Iya iya, aku segera datang!” Ji Yoo meletakkan baki kosongnya di meja besi panjang. Menatap ponselnya lama dan tidak bisa memikirkan apa yang harus dilakukan ketika mengetahui nama yang terlihat di layarnya.



To Be Continue ..


Siapa orang itu? Bagaimana nasib Ji Yeon? Nantikan kembali kisahnya di UNDEFINED .. :)

Hokyak-hokyak Yak’e (DianTeplok_2014)


Minggu, 23 Februari 2014

Haiii :)

Haiiii, selamat datang di Baca Cerpenku Yuuk! :) Ekye, Dian yang kerap dipanggil Teplok, penyanyi kamar mandii :D Terima kasih untuk dua orang kakak-kakak sebut saja King dan Kong  #KaburKePetShop .. Yang udah berhasil bikin ekye mood lagi ngotak-atik blog Hehehe, Kamsahamnida ..
Sebagai bentuk curhatan juga hehe, mencoba mengalihkan keasyikanku menuliskan curhatan dan cerpen di facebook .. Hari ini, 24 Februari 2014 : Ekye memutuskan untuk meninggalkan SM Global Auditions .. Meninggalkan mimpi yang udah aku coba wujudkan! Bukan karena latah kayak anak-anak 4L4Y yang booming banget sama K-Pop .. Aku cuma pengen nyanyi di panggung besar O.o Walaupun suaraku nggak bagus-bagus amat dan terkesan amit-amit  :)
H-4 :D Nggak kerasa udah 19 tahun ^^